SUMENEP – Warga Kepulauan Kangean merayakan kemenangan besar setelah PT Kangean Energy Indonesia (KEI) resmi menghentikan rencana eksplorasi migas. Keputusan ini menjadi puncak dari empat bulan perlawanan masyarakat, mulai dari aksi demonstrasi laut hingga pengusiran kapal survei seismik dari perairan selatan Kangean.
“Ini kemenangan rakyat! Kemenangan yang lahir dari keberanian seluruh elemen masyarakat yang berdiri teguh membela tanah leluhur,” ujar Miftah, aktivis Kangean yang sejak awal berada di garda terdepan penolakan.
Sebagai ungkapan syukur, ribuan warga dari berbagai desa menggelar Doa Bersama Menjaga Tanah Leluhur di Alun-alun Arjasa pada Kamis (20/11). Nelayan, pemuda, tokoh masyarakat, hingga para ibu turut hadir memanjatkan doa agar Kangean tetap aman dan lestari.
Menurut Miftah, momentum kemenangan rakyat yang disatukan dengan doa bersama menjadi bukti bahwa perjuangan masyarakat Kangean tidak hanya dilakukan lewat aksi fisik, tetapi juga dengan kekuatan spiritual. “Doa ini bukan seremoni. Ini komitmen bahwa perjuangan belum selesai. Meski PT KEI sudah mundur, advokasi tetap berlanjut hingga pusat untuk memastikan Kangean selalu aman,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa 20 November menjadi hari persatuan baru bagi masyarakat Kangean — awal dari barisan yang semakin kokoh untuk menjaga ruang hidup generasi mendatang.
“Tanah leluhur ini aman karena kita menjaganya bersama. Dan kita tidak akan pernah berhenti,” tegas Miftah.
Acara ditutup dengan doa bersama dan seruan merawat Kangean sebagai warisan yang tidak boleh diganggu oleh kepentingan eksploitasi apa pun.