Situbondo – Ribuan jamaah memadati Alun-alun Situbondo pada Senin malam (18/8/2025) bertepatan dengan 24 Shafar 1447 H untuk mengikuti acara Sholawat Kebangsaan bersama Majelis Sholawat Bhenning. Acara ini digelar dalam rangka memperingati HUT ke-80 Kemerdekaan RI sekaligus mengenang perjuangan Pahlawan Nasional KHR. As’ad Syamsul Arifin.
Pengasuh Ponpes Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, KHR. Azaim Ibrahimy, menegaskan bahwa momentum Agustus harus menjadi ajang syukur dan pengabdian. Prosesi pengalungan surban antara Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, dan Kiai Azaim menjadi simbol sinergi ulama dan umara dalam menjaga bangsa.
Dalam kesempatan itu, Kiai Azaim juga mengutip dawuh Kiai As’ad kepada pasukan Palopor:
Berjuang bukan hanya untuk merdeka, tapi juga untuk menegakkan agama, agar ketika kalian wafat, wafat dalam keadaan syahid.
Selain itu, KHR. Azaim mengingatkan hadis qudsi riwayat Tirmidzi, bahwa Allah memberi keistimewaan bagi hamba yang mencapai usia 40 dan 80 tahun, termasuk penghapusan dosa di usia 80 tahun. Hadis ini disebut relevan dengan usia wafat Kiai As’ad yang genap 80 tahun pada Agustus, bulan kemerdekaan Indonesia.
Dalam refleksi kebangsaan, Kiai Azaim menyinggung sejarah Munas NU 1983 dan Muktamar NU 1984 yang akhirnya menerima Pancasila sebagai asas tunggal negara. Keputusan itu lahir dari kegelisahan ulama sekaligus tekad menjadikan Pancasila sebagai payung pemersatu bangsa.
Sila pertama menjiwai sila-sila yang lain, dan kalimat La Ilaha Illa Allah adalah pusaka kita bersama sebagai muslim,
tegas Kiai Azaim.
Acara yang berlangsung khidmat ini meneguhkan kembali pesan bahwa kemerdekaan adalah amanah bersama, yang harus dijaga dengan pengabdian, persaudaraan, dan keikhlasan demi kebaikan dunia dan akhirat.