Suar.co - Dalam beberapa hari terakhir, kemacetan di jalur darat Banyuwangi–Situbondo semakin parah. Jalur Pantura yang menjadi penghubung strategis antarwilayah di ujung timur Pulau Jawa ini kini memasuki titik jenuh. Sebagai jalur utama kendaraan pribadi, angkutan logistik, dan transportasi umum, Pantura kini kian padat.
Situasi diperburuk oleh ditutupnya jalur selatan Banyuwangi–Jember melalui kawasan Gumitir akibat longsor dan perbaikan jalan. Dampaknya, arus kendaraan—khususnya logistik menuju Pelabuhan Ketapang untuk menyeberang ke Bali—semakin menumpuk di jalur Pantura Situbondo–Banyuwangi.
Dalam kondisi ini, opsi paling realistis dan mendesak adalah memaksimalkan jalur laut melalui Pelabuhan Jangkar di Situbondo. Pelabuhan ini berpotensi besar menjadi simpul pengalihan lalu lintas darat menuju kawasan timur Indonesia, khususnya Bali dan Nusa Tenggara.
Potensi Strategis Pelabuhan Jangkar
Pelabuhan Jangkar memiliki posisi strategis dalam konektivitas maritim lintas Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Optimalisasi pelabuhan ini sebagai jalur laut alternatif menuju Pelabuhan Lembar (Lombok) dan Gilimanuk (Bali) bisa menjadi solusi jangka menengah hingga jangka panjang dalam meredakan tekanan lalu lintas darat.
Konsep ini sejalan dengan visi Tol Laut dan pengembangan logistik nasional berbasis transportasi multimoda.
Dampak Ekonomi Lokal
Aktivasi Pelabuhan Jangkar tidak hanya akan mengurai kemacetan, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. UMKM, jasa transportasi laut, sektor perikanan, hingga pariwisata bahari berpotensi tumbuh dengan hadirnya aktivitas pelabuhan yang terkelola dengan baik.
Pelabuhan Jangkar, jika dikelola secara visioner dan profesional, dapat menjadi simpul transportasi laut strategis yang mampu menurunkan beban jalur darat sekaligus menggerakkan roda ekonomi Situbondo. Kini pilihan berada di tangan para pemangku kebijakan: tetap menunggu hingga kemacetan berubah menjadi krisis permanen, atau segera berinvestasi pada solusi berkelanjutan yang berorientasi ke masa depan.
Oleh: Yuda Yuliyanto (Dosen FISIP Universitas Bondowoso)