Ribuan warga tumpah ruah di Lapangan PG Asembagus, Situbondo, Minggu malam, 17 Agustus 2025. Aroma santan kental dan ikan tongkol memenuhi udara. Festival 1.000 Nasi Sodu menjadi magnet, menghidupkan kembali kuliner legendaris Situbondo yang nyaris hanya dikenal di lingkaran lokal.
Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, atau akrab disapa Mas Rio, membuka acara dengan semangat.
Nasi sodu bukan sekadar makanan. Ini warisan budaya Asembagus yang harus kita jaga,
ujarnya. Malam itu, seribu porsi nasi sodu dibagikan gratis.
Nasi sodu disajikan dengan cara unik: menggunakan sodu, sendok dari daun pisang. Kuah santan kental, tongkol suwir, labu siam, dan sambal terasi berpadu di atas nasi pulen. “Rasanya nagih,” kata Mas Rio sambil menyendoknya dengan sodu.
Bagi warga, nasi sodu lebih dari sekadar hidangan. Ia adalah identitas.
Sejak kecil saya sudah terbiasa makan nasi sodu. Rasanya khas, apalagi pakai sodu daun pisang,
kata Siti, warga Kedunglo.
Festival ini bagian dari strategi Pemkab Situbondo mengangkat Asembagus sebagai simpul wisata kuliner Pantura timur. Tagar #NasiSoduAsembagus ikut digencarkan di media sosial, lengkap dengan peta digital warung-warung nasi sodu.
Kalau ke Bali atau balik dari Bali, sempatkan mampir. Nasi sodu ini ikon Situbondo,
kata Mas Rio.
Dengan antusiasme warga dan dukungan pemerintah, nasi sodu diproyeksikan tak sekadar jadi kebanggaan lokal. Ia disiapkan menembus panggung kuliner dunia.